ADB: ASEAN Butuh Investasi USD 100 Miliar untuk Jaringan Listrik Regional Energi Terbarukan 2045

DMBGlobal.CO.ID – Asian Development Bank (ADB) mengungkapkan bahwa negara-negara Asia Tenggara memerlukan investasi setidaknya 100 miliar dolar AS untuk membangun jaringan transmisi listrik regional guna mendukung integrasi energi terbarukan pada tahun 2045.

Proyek ini bertujuan untuk menyatukan sistem kelistrikan di kawasan ASEAN agar lebih efisien dan berkelanjutan.

Direktur Energi ADB, Keiju Mitsuhashi, mengatakan kebutuhan dana besar tersebut disebabkan oleh pentingnya membangun dan memperkuat infrastruktur interkonektor di masing-masing negara anggota ASEAN.

Menurut ADB, ASEAN butuh investasi USD 100 miliar untuk jaringan listrik regional demi integrasi energi terbarukan pada 2045.
Peta ASEAN Power Grid; Memperlihatkan jalur transmisi yang sudah ada dan yang akan direncanakan untuk mengintegrasikan jaringan listrik antarnegara. (Foto: Dok. en.wikipedia.org)

“Kami memiliki 10 negara di ASEAN dan setiap negara membutuhkan sejumlah besar investasi dalam sistem jaringan transmisi mereka sendiri,” ujarnya, dikutip dari Eco Business, Selasa (10/6/2025).

Interkonektor sendiri adalah infrastruktur penting yang memungkinkan koneksi antarjaringan listrik nasional dan nantinya antarnegara.

Sebelum konektivitas regional dapat diwujudkan, setiap negara harus terlebih dahulu memastikan jaringan domestiknya kuat dan terhubung dengan baik.

Filipina diperkirakan membutuhkan investasi minimal 10 miliar dolar AS untuk pembangunan jalur transmisinya.

Sementara itu, negara-negara dengan wilayah yang lebih luas seperti Indonesia, Vietnam, dan Malaysia diprediksi memerlukan dana yang jauh lebih besar.

Menurut ADB, ASEAN butuh investasi USD 100 miliar untuk jaringan listrik regional demi integrasi energi terbarukan pada 2045.
Teknisi dan tiang listrik di lokasi proyek; Menunjukkan lokasi pembangunan interkonektor, simbol pekerjaan kolaboratif dalam menopang proyek energi terbarukan region ASEAN (Foto: Dok. en.wikipedia.org)

Investasi besar ini menjadi kunci dalam transisi menuju energi terbarukan. Sebagian besar sumber daya energi seperti tenaga surya dan angin berada di lokasi terpencil, jauh dari pusat konsumsi listrik.

Oleh karena itu, jaringan transmisi akan berfungsi sebagai “jembatan” penting untuk mengalirkan listrik bersih dari sumber ke pengguna.

Integrasi energi terbarukan juga menghadirkan tantangan karena sifatnya yang tidak stabil. Untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan, sistem listrik nasional memerlukan pembangkit dasar yang stabil.

Inilah alasan utama mengapa peningkatan dan modernisasi jaringan transmisi menjadi sangat penting.
Sebagian besar infrastruktur transmisi listrik di Asia Tenggara masih dikuasai oleh perusahaan milik negara. Karena itu, pendanaan besar untuk proyek ini akan sangat bergantung pada perusahaan-perusahaan negara di tiap negara anggota ASEAN.

Menurut ADB, ASEAN butuh investasi USD 100 miliar untuk jaringan listrik regional demi integrasi energi terbarukan pada 2045.
Infografis interkonektor regional; Menampilkan jalur eksisting dan yang direncanakan serta potensi pembangkit energi terbarukan di setiap negara. (Foto: Dok. en.wikipedia.org)

Negara seperti Brunei, Kamboja, Laos, dan Myanmar masih bergantung penuh pada utilitas yang dikendalikan pemerintah.

Sementara Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam telah membuka sebagian pasarnya untuk produsen listrik swasta independen (IPP), namun transmisi dan distribusinya tetap dikelola negara.

Di sisi lain, Filipina dan Singapura sudah menerapkan sistem pasar listrik grosir yang lebih kompetitif.(*Sumber: Kompas.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *