DMBGlobal.CO.ID – Harga emas melonjak tajam dan mencapai level tertinggi dalam lebih dari tiga minggu, didorong oleh melemahnya dolar AS dan meningkatnya eskalasi konflik Rusia-Ukraina.
Pada perdagangan Senin (2/6/2025), harga emas dunia menguat 2,73% ke level US$3.379,06 per troy ons — menjadi harga penutupan tertinggi sejak 6 Mei. Pagi ini, Selasa (3/6/2025), hingga pukul 06.30 WIB, harga emas di pasar spot kembali naik 0,23% ke US$3.386,82 per troy ons.
Kenaikan tajam ini terjadi seiring pelemahan indeks dolar AS (DXY), yang turun 0,63% ke posisi 98,7. Kondisi ini membuat emas lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lain, sehingga meningkatkan daya tariknya. Selain faktor mata uang, lonjakan emas dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik.
Konflik Rusia-Ukraina kembali memanas setelah Ukraina melancarkan serangan udara besar ke wilayah Rusia. Serangan ini menggunakan drone yang disamarkan dalam truk dan menyasar pangkalan militer strategis hingga wilayah Siberia Timur.
Seorang pejabat dari Dinas Keamanan Ukraina (SBU) yang tak disebutkan namanya menyebutkan, “Lebih dari 40 pesawat Rusia rusak, termasuk pembom jarak jauh Tu-95 dan Tu-22 M3, serta pesawat pengintai A-50.” Ia juga menyebut kerugian Rusia diperkirakan mencapai “setidaknya US$2 miliar.”
Serangan tersebut dipimpin langsung oleh Kepala SBU, Vasyl Malyuk. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan bahwa operasi tersebut direncanakan selama “1 tahun, 6 bulan, dan 9 hari dari tahap perencanaan hingga eksekusi.”

Pada waktu bersamaan, Moskow membalas dengan salah satu serangan drone dan rudal terbesar terhadap Kyiv menjelang pertemuan damai yang dijadwalkan dalam minggu ini. Hal ini makin memperburuk ketidakpastian politik dan ekonomi global, yang secara historis mendorong permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas.
Pasar saham juga mengalami tekanan akibat kekhawatiran baru terhadap hubungan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Presiden AS Donald Trump menuduh China melanggar perjanjian perdagangan, termasuk soal pencabutan tarif dan pembatasan ekspor mineral penting.
“Ancaman tarif terbaru pada hari Jumat, termasuk rencana untuk menggandakan tarif baja dan aluminium menjadi 50% bersamaan dengan serangan Ukraina akhir pekan lalu ke Rusia, telah meningkatkan risiko geopolitik dan memicu sentimen penghindaran risiko,” kata Peter Grant, Wakil Presiden dan ahli strategi logam senior di Zanier Metals.
Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengisyaratkan kemungkinan adanya “panggilan telepon segera antara Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping” untuk meredakan ketegangan dagang.
Pasar juga memantau pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell serta para pembuat kebijakan lain pekan ini guna mencari petunjuk arah suku bunga. Dalam situasi seperti ini, emas biasanya mendapat dorongan, karena suku bunga rendah dan tekanan geopolitik cenderung meningkatkan daya tariknya.
“Untuk perkiraan emas, latar belakang penghindaran risiko dan ketidakpastian fiskal ini sangat menguntungkan,” ujar Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com, dalam catatannya.(*Sumber: CNBC.com)