DMBGlobal.CO.ID – Pemerintah Indonesia bertekad mempercepat proyek-proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai salah satu upaya mengatasi masalah limbah dan memenuhi kebutuhan energi.
Proyek-proyek strategis ini akan melibatkan peran penting Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau dikenal sebagai Danantara.
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, menyampaikan percepatan ini sangat mendesak.
“Kami minta secepatnya. Semua proyek akan masuk ke Danantara terlebih dahulu,” ujar Eniya di Jakarta, Senin (1/9/25).
Menurut Eniya, Danantara akan mengidentifikasi lokasi-lokasi potensial yang ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Prioritas akan diberikan kepada daerah-daerah yang menghadapi kondisi darurat sampah.
“Prioritasnya dari KLHK, intinya kalau yang darurat dan semua akan digarap Danantara yang kapasitasnya lebih dari 1.000 ton per hari,” jelasnya.

Danantara akan berperan sebagai pengelola utama, baik melalui suntikan investasi langsung maupun pembentukan joint venture (JV) dengan pihak swasta.
Meskipun demikian, pemerintah daerah (pemda) juga memegang peran krusial dalam proyek ini. Pemda bertanggung jawab menyediakan lahan dan memastikan pengangkutan sampah ke lokasi PLTSa.
“Kerja sama dengan pemda harus cepat karena mereka yang menyediakan lahan dan mengangkut sampahnya,” tambah Eniya.
Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, telah menekankan pentingnya peran PT PLN dalam menyerap listrik yang dihasilkan dari PLTSa.
Ia memperkirakan rata-rata kapasitas PLTSa di setiap kota besar adalah sekitar 20 MW.
“Produksinya kecil, jadi kami berharap PLN bisa menyerap listrik dari PLTSa,” kata Yuliot, Jumat (14/3).
Yuliot juga mengungkapkan beberapa proyek PLTSa sudah memasuki tahap lelang, seperti yang sedang berlangsung di Tangerang Selatan, Banten.
Dengan adanya regulasi baru, ia berharap proses pembangunan dapat dipercepat.
Mengenai tarif listrik, Yuliot optimistis energi dari sampah bisa lebih ekonomis, khususnya di daerah yang masih mengandalkan pembangkit listrik berbahan bakar diesel.
Ia memproyeksikan tarif listrik PLTSa bisa berkisar US$13 sen per kWh, jauh lebih rendah dibandingkan pembangkit diesel yang mencapai US$30 sen per kWh.* (Sumber: esdm.go.id)