PLTS Atap hingga Smart Grid: Strategi Bali Tinggalkan Batu Bara dan Gas Menuju Listrik Ramah Lingkungan 2045

DMBGlobal.CO.ID – Berdasarkan nilai-nilai Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Pemerintah Provinsi Bali berupaya memperkuat kemandirian energi sekaligus mengurangi emisi serta polusi udara, tanah, dan air.

Untuk mewujudkan hal ini, pada 4 Agustus 2023, Pemprov Bali bersama Institute for Essential Services Reform (IESR) mendeklarasikan komitmen menuju Bali Net-Zero Emission (NZE) atau Bali Emisi Nol Bersih pada 2045.

Inisiatif ini juga melibatkan Koalisi Bali Emisi Nol Bersih, yang terdiri dari berbagai organisasi masyarakat sipil dan lembaga filantropi.

Sebagai bagian dari strategi mencapai target NZE 2045, IESR dan Pemprov Bali telah meluncurkan Peta Jalan Nusa Penida 100% Energi Terbarukan 2030 pada 2023.

Selain itu, IESR juga merancang transformasi sistem kelistrikan Bali menuju 100% energi terbarukan, sebagaimana tertuang dalam Peta Jalan Bali Emisi Nol Bersih 2045 Sektor Ketenagalistrikan yang diluncurkan Selasa (15/7/25) di Sanur, Bali.

Analisis IESR menunjukkan bahwa kebutuhan listrik Bali pada 2045 dan seterusnya dapat sepenuhnya dipenuhi dari sumber energi terbarukan.

Tantangan dan Peluang Sistem Kelistrikan Bali

Salah satu ikon budaya Bali. (Pixabay)

Gubernur Bali, Wayan Koster, yang diwakili oleh Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM, Ida Bagus Setiawan, menjelaskan saat ini Bali mengandalkan pembangkit listrik berkapasitas sekitar 1.500 MW dengan daya produksi 1.400 MW.

Namun, tingginya aktivitas ekonomi, termasuk pariwisata, menyebabkan beban puncak mencapai 1.200 MW.

Pertumbuhan kebutuhan listrik yang mencapai 7-8% per tahun membuat Bali rentan mengalami krisis listrik, terutama karena cadangan daya kurang dari 30%.

“Sebagai provinsi kepulauan dengan ketergantungan terhadap pasokan energi dari luar, Bali menghadapi risiko keamanan energi yang tinggi. Kemandirian energi menjadi sangat penting, tidak hanya untuk ketahanan sistem kelistrikan, tetapi juga untuk mendukung sektor strategis seperti pariwisata dan ekonomi kreatif,” ujar Ida Bagus Setiawan.

“Peta Jalan Ketenagalistrikan Bali NZE 2045 merupakan langkah strategis untuk transisi energi yang terarah dan terukur,” tambahnya.

Gubernur Bali berharap peta jalan ini dapat menjadi acuan dalam mendorong pemanfaatan energi bersih dan terbarukan, sekaligus mempercepat kemandirian energi di Pulau Dewata.

Bali Berpeluang Jadi Provinsi Pertama 100% Energi Terbarukan

Fabby Tumiwa, CEO IESR, menyebut Bali memiliki peluang besar menjadi provinsi pertama di Indonesia yang sepenuhnya menggunakan energi terbarukan, bahkan 15 tahun lebih cepat dari target nasional 2060.

Dengan komitmen kuat dan kebijakan yang tepat, perubahan signifikan dapat terwujud dalam lima tahun ke depan.

“Sistem kelistrikan yang andal dan rendah karbon akan memberikan nilai tambah bagi Bali. Selain dikenal sebagai destinasi pariwisata dunia, transisi energi di Bali juga dapat menginspirasi pulau-pulau lain di Indonesia,” kata Fabby Tumiwa.

“Kami mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan energi bersih sebagai fondasi pembangunan hijau di Bali. Gagasan ‘Bali Mandiri Energi’ melalui PLTS atap dari Gubernur Koster perlu didukung penuh,” terang Fabby.

Fabby juga mendesak PLN untuk menyelaraskan RUPTL dengan visi Bali 100% energi terbarukan, mempercepat pengembangan pembangkit EBT, modernisasi jaringan listrik, dan penerapan smart grid. Selain itu, dukungan pemerintah pusat melalui kebijakan, insentif, dan pendanaan juga dinilai krusial.

Potensi Besar Energi Terbarukan di Bali

Pura Tanah Lot, salah satu ikon budaya Bali. (Istimewa)

Menurut kajian IESR, sistem kelistrikan Bali saat ini masih bergantung 76% pada energi fosil, dengan pembangkit gas (688 MW) dan batu bara (380 MW) sebagai penyumbang terbesar.

Namun, Bali memiliki potensi energi terbarukan mencapai 22,04 GW, terutama dari tenaga surya (21 GW), angin (515 MW), dan panas bumi (127 MW). Jika dimanfaatkan optimal, Bali mampu memenuhi kebutuhan listrik pada 2045 yang diproyeksikan mencapai 44,71 TWh.

Alvin Putra Sisdwinugraha, Analis IESR, memaparkan empat tahapan utama menuju Bali 100% energi terbarukan pada 2045:

  • 2025-2029: Penerapan 1,5 GW EBT dengan investasi USD 5,8 miliar, berpotensi turunkan emisi 2,8 juta ton CO2.
  • 2030-2034: Penambahan 1,4 GW EBT dan 400 MWh penyimpanan energi, investasi USD 1,7 miliar.
  • 2035-2039: Kapasitas tambahan 1,24 GW dengan investasi USD 1,76-4,76 miliar, turunkan emisi 9 juta ton CO2.
  • 2040-2045: Perlu 17 GW EBT dan 54 GWh penyimpanan energi, investasi USD 35 miliar.
Strategi Implementasi

IESR merekomendasikan lima strategi utama:

  • Formalisasi peta jalan melalui kebijakan daerah dan perencanaan energi.
  • Optimalisasi mekanisme pengadaan EBT dan percepatan PLTS atap.
  • Peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan riset.
  • Penyusunan regulasi pendukung inovasi teknologi.
  • Mendorong partisipasi masyarakat dalam pemanfaatan EBT tingkat desa.

Dengan langkah-langkah ini, Bali diharapkan dapat mencapai target NZE 2045 sekaligus menjadi contoh transisi energi berkelanjutan di Indonesia.* (Sumber: iesr.or.id)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *