Potensi Ekonomi Kredit Karbon dan REC Didorong Jadi Kekuatan Baru Indonesia

DMBGlobal.CO.ID – Skema kredit karbon dan sertifikat energi terbarukan (Renewable Energy Certificate/REC) semakin mendapat sorotan sebagai peluang ekonomi masa depan Indonesia yang selaras dengan komitmen pengendalian perubahan iklim.

Dalam Energi Mineral Festival 2025 yang diselenggarakan di Hutan Kota by Plataran, Jakarta, Rabu (30/7/25), Direktur Ekonomi Pusat Studi Hukum dan Energi Pertambangan, Bisman Bakhtiar, menegaskan bahwa skema kredit karbon tak hanya menjadi instrumen iklim, tetapi juga alat pendorong pertumbuhan ekonomi rendah karbon.

“Industri, pembangkit listrik, dan transportasi merupakan kontributor besar emisi karbon. Dalam kondisi ini, kredit karbon dan REC bisa menjadi solusi dengan memberikan insentif finansial untuk pengurangan emisi dan pemanfaatan energi bersih,” ujar Bisman.

Ia menyebut, potensi ekonomi dari kredit karbon juga terletak pada kemampuannya mempercepat investasi dan menciptakan sumber penerimaan negara. Peran ini, menurutnya, sangat strategis untuk mendorong transformasi menuju perekonomian yang lebih berkelanjutan.

“Kredit karbon bukan hanya soal iklim, tapi juga kunci transisi energi nasional. Ini bisa jadi tulang punggung ekonomi masa depan,” tambahnya.

Meski demikian, Bisman mengingatkan bahwa penguatan regulasi sangat dibutuhkan. Ia menekankan pentingnya kehadiran instrumen hukum yang solid dan SDM hukum yang benar-benar memahami dinamika kredit karbon dan REC. Saat ini, jumlah pakar hukum di bidang tersebut masih belum memadai.

Kredit karbon dan REC dinilai berpotensi besar dorong ekonomi hijau Indonesia serta dukung pengurangan emisi dan transisi energi bersih.
Foto ilustrasi/AI generated

Ia juga menyarankan agar kelembagaan yang menangani pasar karbon diperkuat, agar mampu bertindak sebagai regulator dan pelaksana. Potensi besar kredit karbon, menurutnya, juga membawa risiko penyimpangan jika tak diawasi dengan baik.

“Indonesia punya keunggulan geografis dan teknologi penangkapan karbon seperti CCUS dari blok-blok migas. Ini memperkuat argumen bahwa kredit karbon dan REC harus menjadi bagian dari kekuatan ekonomi nasional,” kata Bisman.

Pernyataan senada juga datang dari Edwin Hartanto, Kepala Unit Pengembangan Karbon di Bursa Efek Indonesia. Ia menilai kesadaran pasar terhadap nilai kredit karbon terus tumbuh, begitu juga dengan kesiapan ekosistem perdagangan karbon di Indonesia.

“Melihat tren yang ada, kami optimistis perkembangan kredit karbon dan REC akan terus meningkat,” ujarnya yakin.* (Sumber: eNBe)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *