Prabowo Tegaskan 100% Pembangkit Listrik dari Energi Baru Terbarukan Bisa Cepat Tercapai

DMBGLobal.CO.ID – Presiden Republik Indonesia (RI) Prabowo Subianto mengutarakan ambisi besar pemerintah untuk mencapai 100% kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) dalam kurun 10 tahun ke depan.

Target tersebut disampaikan Prabowo dalam Pidato Kenegaraan terkait RUU APBN 2026 dan Nota Keuangan, Selasa (19/8/25). Menurut mantan Menteri Pertahanan itu, EBT adalah masa depan energi nasional yang harus segera dipercepat.

“EBT adalah masa depan, kita harus genjot pembangunan pembangkit dari surya, hidro, panas bumi, dan bioenergi,” ujar Prabowo dalam pidatonya.

Prabowo yang juga Ketua Umum Gerindra itu mengatakan Indonesia berpeluang menjadi pelopor energi bersih dunia, bahkan lebih cepat dibandingkan target global net-zero emission 2060.

“Saya yakin, hal ini bisa dicapai dari target dunia 2060. Kita bisa mencapainya jauh lebih cepat,” tegasnya.

Dukungan Anggaran Rp 402,4 Triliun

Presiden Prabowo menargetkan 100% listrik EBT dalam 10 tahun. Pemerintah siapkan Rp 402,4 T di RAPBN 2026, meski tantangan besar menanti. (Dok. ksp.go.id)
Presiden Prabowo menargetkan 100% listrik EBT dalam 10 tahun. Pemerintah siapkan Rp 402,4 T di RAPBN 2026, meski tantangan besar menanti. (Dok. ksp.go.id)

Untuk menopang rencana besar tersebut, pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 402,4 triliun dalam RAPBN 2026 untuk program ketahanan energi. Namun, menurut catatan media, hanya sekitar Rp 37,5 triliun yang dialokasikan khusus untuk pengembangan EBT, sementara sebagian besar masih terserap untuk subsidi energi fosil seperti BBM, LPG, dan listrik.

Tanggapan Pengamat Ambisi Tinggi, Realisasi Masih Berat

Sejumlah lembaga menilai target Prabowo sangat ambisius namun menuntut strategi yang jelas.

IESR (Institute for Essential Services Reform) menyebut potensi EBT Indonesia sangat besar, khususnya energi surya yang bisa mencapai 3,3–20 TWp. Meski demikian, target 100% dalam 10 tahun dinilai sulit tercapai tanpa kebijakan konkret, percepatan PLTS, dan roadmap transisi energi yang jelas.

CSIS menekankan perlunya subsidi khusus dan strategi pendanaan agar investasi di sektor EBT semakin menarik.

CELIOS mengkritisi adanya kontradiksi dengan RUPTL PLN 2025–2034, yang masih mengandalkan PLTU dan pembangkit berbasis gas.

Greenpeace Indonesia menyoroti besarnya porsi anggaran subsidi energi fosil yang dinilai kontraproduktif dengan ambisi EBT 100%.

Kapasitas EBT Saat Ini

Presiden Prabowo menargetkan 100% listrik EBT dalam 10 tahun. Pemerintah siapkan Rp 402,4 T di RAPBN 2026, meski tantangan besar menanti.
Foto Ilustrasi – Presiden Prabowo menargetkan 100% listrik EBT dalam 10 tahun. Pemerintah siapkan Rp 402,4 T di RAPBN 2026, meski tantangan besar menanti. (DOK. PLN)

Hingga Semester I 2025, total kapasitas pembangkit EBT Indonesia baru mencapai 15,2 GW, atau sekitar 14,5% dari total kapasitas nasional 105 GW. Padahal, dalam RUPTL PLN 2025–2034, bauran energi terbarukan baru ditargetkan menyentuh 34,3% pada 2034, jauh dari visi 100% dalam 10 tahun.

Ambisi Prabowo menjadikan Indonesia sebagai negara dengan 100% listrik dari EBT dalam 10 tahun dianggap sebagai lompatan besar di sektor energi. Namun, tantangan utama ada pada alokasi anggaran, kebijakan transisi, peran PLN, serta konsistensi pemerintah dalam mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Jika strategi konkret berhasil dijalankan, Indonesia berpeluang menjadi salah satu negara terdepan dalam transisi energi bersih global.* (Sumber: Dari Berbagai Sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *