Presiden Ghana Desak Perusahaan Minyak Dunia Percepat Produksi: “Bertindak Seolah Tak Ada Hari Esok”, Mengapa?

DMBGlobal.CO.ID – Presiden Ghana, John Mahama, menyerukan kepada perusahaan-perusahaan minyak global untuk segera mempercepat produksi di negaranya.

Dalam pidatonya di Forum CEO Afrika pada Selasa (13/5/25), Mahama mengatakan Ghana bisa kehilangan potensi ekonominya jika eksplorasi minyak tidak segera dipercepat, terutama di tengah tren global menuju energi terbarukan.

“Minyak sedang dalam masa transisi. Semua pihak yang memiliki aset minyak seharusnya mengebor seolah-olah tidak ada hari esok,” ujar Mahama lantang di hadapan para pemimpin bisnis dan kepala eksekutif, dikutip dari Kompas.com.

Presiden Mahama, yang baru menjabat sejak Januari 2025, mengutarakan kekhawatirannya. Menurutnya dalam satu hingga dua dekade mendatang, dunia akan bergeser sepenuhnya ke energi bersih.

Bila hal itu terjadi, sumber daya minyak Ghana dikhawatirkan akan terkubur tanpa pernah dieksploitasi secara maksimal.

Presiden Ghana desak percepatan produksi minyak sebelum transisi energi global membuat cadangan minyak tak bernilai.
Presiden Ghana, John Mahama, menyampaikan pandangannya dalam perhelatan Africa CEO Summit yang berlangsung di Abidjan pada Selasa (13/5/2025). (instagram.com/officialjdmahama)

Menurut Mahama, penurunan investasi di sektor minyak Ghana merupakan dampak dari kebijakan dan regulasi pemerintahan sebelumnya yang dinilai tidak mendukung pertumbuhan industri.

“ENI bahkan sempat diperlakukan tidak pantas sampai mereka memindahkan semua manajemen ekspatriatnya ke Pantai Gading,” ungkap Mahama, merujuk pada raksasa energi asal Italia. Namun ia menambahkan bahwa kini ENI telah kembali dan melanjutkan kegiatan pengeboran di Ghana.

Selain ENI, perusahaan minyak global lain yang beroperasi di Ghana termasuk Tullow Oil dari Inggris dan Kosmos Energy dari Amerika Serikat. Ghana sendiri memiliki sejumlah ladang minyak utama seperti Jubilee, TEN, dan Sankofa, yang tersebar di wilayah lepas pantai dan melibatkan berbagai mitra internasional.

Data dari Public Interest and Accountability Committee (PIAC) menunjukkan penurunan signifikan dalam produksi minyak mentah Ghana, dari 71,44 juta barel pada tahun 2019 menjadi 48,25 juta barel pada 2023.

Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kurangnya investasi dalam proyek pengeboran baru.
Meski mendorong peningkatan produksi minyak, Mahama menegaskan Ghana tidak akan mengabaikan komitmennya terhadap energi ramah lingkungan.

“Kami tetap memegang teguh komitmen terhadap energi bersih, tetapi selama permintaan terhadap minyak masih ada, kita harus memanfaatkannya,” tegas Mahama.

Berdasarkan Undang-Undang Energi Terbarukan Ghana, pemerintah menetapkan target setidaknya 10 persen dari bauran energi nasional berasal dari sumber energi terbarukan.

Mahama menekankan pendekatan ganda, memaksimalkan sumber daya minyak yang tersisa sambil tetap berinvestasi dalam energi bersih adalah strategi yang realistis untuk menghadapi transisi energi global.(*Sumber: Kompas.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *