DMBGlobal.CO.ID – Pemerintah Indonesia terus memperkuat strategi dekarbonisasi menuju target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Salah satu pendekatan yang mulai diperhitungkan secara serius adalah pemanfaatan teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) serta Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS).
Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana, menyampaikan bahwa penerapan teknologi CCS/CCUS di sejumlah proyek percontohan telah menunjukkan potensi besar dalam menekan emisi karbon.
Meski demikian, ia juga menggarisbawahi pentingnya menjaga keseimbangan agar fokus terhadap pengembangan energi baru terbarukan (EBT) tidak terganggu.
“CCS dan CCUS bukan penghalang bagi EBT, justru menjadi solusi realistis bagi sektor-sektor yang belum bisa sepenuhnya beralih ke energi hijau. Teknologi ini menjadi jembatan penting dalam proses transisi energi kita,” kata Dadan.
Pengembangan CCS/CCUS memang tidak lepas dari tantangan, terutama terkait biaya tinggi dan kebutuhan akan kepastian hukum.

Meski begitu, pemerintah tetap berupaya mendorong ekosistem yang lebih mendukung, termasuk melalui pembaruan regulasi yang dinilai lebih maju dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan Asia Tenggara.
Salah satu langkah konkret adalah kemitraan strategis antara Indonesia dan Singapura yang telah dimulai sejak Oktober 2022.
Kolaborasi ini mencakup pengembangan kerangka regulasi lintas negara, studi kelayakan teknis, serta penyusunan hukum untuk transportasi dan penyimpanan karbon secara lintas batas.
“Ini bukan sekadar proyek teknis, tetapi peluang ekonomi baru. Sektor industri hijau akan terbuka luas dan menciptakan pekerjaan baru dalam proses dekarbonisasi ini,” jelasnya.
Dengan strategi yang menggabungkan pendekatan teknologi seperti CCS/CCUS dan percepatan EBT, pemerintah optimis bahwa target netral karbon 2060 bukan hanya cita-cita ambisius, melainkan tujuan yang dapat dicapai secara inklusif dan berkelanjutan.* (Sumber: listrikindonesia)