Desentralisasi Energi di ASEAN: Solusi Berkelanjutan untuk Ketahanan dan Pertumbuhan Ekonomi

DMBGlobal.CO.ID – Kawasan ASEAN terus menghadapi tantangan dalam menyediakan akses listrik yang andal dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakatnya.

Meskipun rasio elektrifikasi di wilayah ini telah melampaui 90%, masih banyak komunitas yang belum mendapatkan pasokan listrik yang stabil untuk mendukung produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.

Untuk mengatasi tantangan ini, penerapan desentralisasi energi berbasis energi terbarukan menjadi strategi penting yang perlu dipercepat.

Mengapa ASEAN Perlu Desentralisasi Energi?

Desentralisasi energi mengacu pada sistem pembangkitan listrik yang lebih tersebar, dengan memanfaatkan sumber daya energi lokal seperti tenaga surya, hidro mini, dan bioenergi.

Berbeda dengan sistem listrik terpusat yang mengandalkan jaringan transmisi besar, sistem ini memungkinkan masyarakat di daerah terpencil mendapatkan listrik tanpa bergantung pada infrastruktur utama.

Menurut Institute for Essential Services Reform (IESR), penerapan sistem ini dapat meningkatkan ketahanan energi, keterjangkauan, dan keberlanjutan.

Dalam Dialog Regional: Mempromosikan Akses Energi Terdesentralisasi di Asia Tenggara yang digelar pada 22–23 April 2025 di Jakarta, para ahli menyoroti desentralisasi energi terbarukan juga mampu memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam transisi energi.

Tantangan dalam Penerapan Energi Terdesentralisasi di ASEAN

Meskipun memiliki banyak manfaat, penerapan energi terbarukan yang terdesentralisasi masih menghadapi berbagai kendala, di antaranya:

Keterbatasan infrastruktur teknis – Banyak negara di ASEAN masih memiliki jaringan listrik yang belum sepenuhnya mampu mengakomodasi energi terbarukan.

Akses pembiayaan yang terbatas – Investasi dalam proyek energi terdesentralisasi masih terkendala oleh mekanisme pendanaan yang kurang fleksibel.

Kurangnya tenaga kerja terampil – Pengembangan energi terbarukan membutuhkan keahlian khusus yang belum merata di setiap negara.

Regulasi yang kompleks – Harmonisasi kebijakan dan regulasi antarnegara ASEAN masih menjadi tantangan dalam mempercepat implementasi energi terdesentralisasi.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menekankan selain memperbaiki infrastruktur dan pembiayaan, ASEAN juga perlu memastikan bahwa sistem energi ini terintegrasi dengan baik dan mampu meningkatkan peran komunitas lokal dalam penyediaan listrik.

Peluang Investasi dan Dampak Ekonomi

CEO dan Presiden Energy Foundation China, Prof. Ji Zou, menegaskan energi terdesentralisasi memiliki keunggulan dalam skalabilitas, keberlanjutan, dan aksesibilitas.

Ia menambahkan bahwa banyak negara ASEAN kini mulai meningkatkan investasi dalam sistem fotovoltaik terdistribusi (PV system) serta mini-grid hibrida sebagai solusi alternatif.

Energi terdesentralisasi juga membuka peluang besar bagi:

✅ Peningkatan investasi energi terbarukan – Dengan permintaan listrik yang terus tumbuh, sektor swasta semakin tertarik untuk berinvestasi dalam model bisnis berbasis energi terdistribusi.

✅ Inovasi teknologi – Pengembangan sistem penyimpanan energi dan teknologi pintar akan semakin berkembang untuk mendukung efisiensi penggunaan energi terbarukan.

✅ Lapangan kerja baru – Sektor ini akan menciptakan lebih banyak peluang pekerjaan dalam bidang instalasi, pemeliharaan, dan pengelolaan energi terbarukan.

Strategi Percepatan Energi Terdesentralisasi di ASEAN

Untuk mengatasi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang yang tersedia, IESR mengusulkan enam langkah strategis:

Integrasi dalam APAEC 2026–2030 – ASEAN perlu memasukkan desentralisasi energi dalam kerangka kebijakan energi bersama sebagai strategi utama dalam mengurangi ketergantungan terhadap jaringan listrik terpusat.

Diversifikasi skema pembiayaan – Mengembangkan blended finance, result-based financing (RBF), serta meningkatkan akses terhadap green bonds dan pembiayaan iklim.

Model inklusif berbasis komunitas – Masyarakat harus menjadi bagian dari ekosistem energi terdesentralisasi, dengan peran aktif dalam pengelolaan sumber daya energi.

Penguatan kebijakan dan regulasi – ASEAN perlu menetapkan target dan peta jalan energi terdesentralisasi yang jelas serta memberikan insentif bagi pelaku industri.

Peningkatan kapasitas dan transfer pengetahuan – Program pelatihan, sertifikasi tenaga kerja, serta pembentukan pusat pengetahuan akan membantu mempercepat adopsi energi terbarukan.

Kolaborasi dan pemantauan berkelanjutan – ASEAN perlu membangun platform dialog regional untuk berbagi pengalaman dan memastikan evaluasi kebijakan dilakukan secara berkala.

Desentralisasi energi berbasis energi terbarukan merupakan solusi strategis, inklusif, dan berkelanjutan bagi ASEAN untuk meningkatkan ketahanan energi dan pertumbuhan ekonomi.

Dengan mengatasi hambatan infrastruktur, pembiayaan, serta regulasi, negara-negara di ASEAN dapat mempercepat transisi menuju sistem energi yang lebih berkeadilan dan ramah lingkungan.

Melalui kolaborasi lintas negara, investasi yang inovatif, dan partisipasi aktif masyarakat, energi terdesentralisasi bukan hanya menjadi alternatif, tetapi fondasi utama bagi masa depan energi ASEAN.(*Sumber: MediaIndonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *