DMBGLobal.CO.ID – Chief Executive Officer (CEO) Danantara, Rosan Roeslani, menyatakan rencana lelang Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) ditargetkan mulai bergulir pada akhir 2025. Menurutnya, saat ini proses masih menunggu revisi Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang pembangunan instalasi pengelolaan sampah menjadi energi listrik ramah lingkungan.
“Kami berharap peluncuran dapat segera dilakukan agar proyek bisa langsung berjalan,” ujar Rosan di Istana Negara, Jakarta, Senin (8/9/25).
Ia menambahkan, percepatan lelang diharapkan dapat mempercepat pembangunan sekaligus pengoperasian komersial PLTSa di sejumlah daerah. Targetnya, sebagian proyek sudah bisa dimulai sebelum tutup tahun ini.
Rosan juga menegaskan bahwa tarif listrik dari PLTSa akan ditetapkan sebesar US$0,20 per kWh. Kebijakan ini dimaksudkan untuk menghapus negosiasi berkepanjangan antara PLN dan pengembang listrik swasta (IPP). “Harga sudah final, US$20 sen, jadi tidak ada lagi tawar-menawar,” jelasnya.

Dalam ketentuan itu, setiap IPP wajib mengolah minimal 1.000 ton sampah per hari. Untuk wilayah Jakarta, kapasitas bisa mencapai hingga 2.500 ton per titik.
Sebelumnya, PLN mengajukan usulan tarif US$0,22 per kWh. Usulan tersebut muncul seiring rencana pemerintah menghapus pembayaran tipping fee melalui APBD dan menjadikannya sebagai bagian biaya produksi listrik yang ditanggung langsung oleh PLN.
Untuk menjaga keberlanjutan investasi, PLN mengusulkan adanya dukungan dari APBN berupa subsidi atau kompensasi, sekaligus mendorong skema kontrak baru take and pay dengan annual contracted energy (ACE).
Direktur Pengembangan Bisnis dan Niaga PLN IP, Bernardus Sudarmanta, mengatakan PLN akan ikut berperan sebagai pengembang dalam proyek PLTSa setelah revisi perpres diterbitkan. Saat ini, PLN sudah menyiapkan 11 proyek dalam tahap perencanaan dan 24 proyek tambahan sebagai usulan di sejumlah kota besar.
Hingga paruh pertama 2025, PLN telah meneken perjanjian jual beli tenaga listrik (PJBL) untuk PLTSa Palembang, Sunter, Surabaya, dan Surakarta. Dari jumlah itu, baru dua yang beroperasi, yakni PLTSa Putri Cempo di Solo dengan kapasitas 5 MW dan PLTSa Benowo di Surabaya berkapasitas 9 MW.* (Sumber: Danantara)