Harga Karbon Inggris Melejit Usai Sinyal Penggabungan Pasar dengan Uni Eropa

DMBGlobal.CO.ID – Harga karbon acuan di Inggris melonjak lebih dari 6% pada Senin (19/5/2025), menyusul sinyal kuat dari pemerintah Inggris dan Uni Eropa (UE) terkait rencana penggabungan pasar karbon kedua entitas.

Langkah ini dipandang sebagai bagian dari strategi kolektif untuk memperkuat upaya pengurangan emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim secara lebih terkoordinasi.

Baik Inggris maupun Uni Eropa sama-sama memberlakukan biaya atas setiap ton emisi karbon dioksida (CO₂) yang dihasilkan oleh sektor industri dan pembangkit listrik.

Kebijakan ini merupakan bagian dari komitmen masing-masing wilayah dalam mencapai target emisi karbon yang lebih rendah.

Mengutip laporan Reuters, kontrak karbon acuan Inggris tercatat melonjak sebesar 6,5 pound menjadi 51,50 pound per ton atau sekitar US$68,85 pada pukul 09.08 waktu setempat.

Lonjakan ini menunjukkan reaksi positif pasar terhadap prospek integrasi dua sistem perdagangan karbon yang selama ini terpisah.

Saat ini, harga karbon Inggris masih lebih rendah dibandingkan harga karbon di pasar Uni Eropa. Namun, para analis memprediksi penggabungan pasar akan mendorong harga karbon Inggris mendekati level Eropa.

“Menghubungkan kedua pasar karbon akan menaikkan harga di Inggris, untuk menyamai harga Uni Eropa,” ujar analis dari Redshaw Advisers.

Sebagai perbandingan, harga karbon di Uni Eropa pada hari yang sama berada di level US$79,24 per ton.

Harga karbon Inggris naik 6% usai sinyal penggabungan pasar dengan UE, picu potensi penyamaan harga dan dorong likuiditas izin karbon.
Tumpukan batu bara terlihat di depan cerobong asap sebuah fasilitas industri dengan latar belakang langit biru cerah. (Sumber: Bloomberg – Waldo Swiegers)

Menurut dokumen yang dilihat Bloomberg, inisiatif penggabungan pasar karbon ini menjadi bagian dari agenda dalam KTT Inggris-UE yang digelar pada (19/5/2025).

Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama pasca-Brexit, setelah Inggris resmi meninggalkan Uni Eropa pada tahun 2020.

Integrasi pasar karbon diharapkan membawa sejumlah manfaat ekonomi, termasuk mengurangi hambatan perdagangan komoditas intensif karbon seperti baja dan semen.

Di samping itu, peningkatan likuiditas dalam pasar izin karbon (carbon permit) juga menjadi keuntungan tambahan dari kebijakan ini.

“Ini akan menjadi langkah signifikan yang mengurangi gesekan perdagangan baja dengan UE, pasar ekspor terbesar kami. Langkah ini juga menghilangkan risiko biaya dari diterapkannya mekanisme penyesuaian perbatasan karbon (carbon border adjustment mechanism/CBAM] UE, yang terutama dirasakan UKM,” kata Frank Aaskov, Direktur Kebijakan Energi dan Perubahan Iklim di UK Steel.

Setelah Brexit, perbedaan harga karbon antara Inggris dan UE semakin melebar, terutama karena ambisi Eropa yang menetapkan target penurunan emisi hingga 55% pada 2030 dibandingkan level tahun 1990.

Pada awal tahun ini, selisih harga karbon bahkan sempat melampaui 40 euro (setara US$44,74) per ton CO₂.

Namun, dalam beberapa waktu terakhir, gap harga menyempit menjadi kurang dari 10 euro level terendah dalam dua tahun seiring penguatan harga izin karbon Inggris yang dipicu spekulasi soal integrasi pasar dengan UE.

Meski rencana ini menunjukkan arah yang jelas menuju integrasi, kesepakatan final diperkirakan masih membutuhkan waktu bertahun-tahun.

Selain itu, dokumen rancangan yang beredar belum menetapkan tenggat waktu implementasi.

Proses negosiasi terkait aspek lain dalam hubungan Inggris dan Uni Eropa pun masih terus berlangsung.(*Sumber: Bisnis.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *