Pemanfaatan Energi Terbarukan Indonesia Masih Rendah, Baru 0,4 Persen dari Total Potensi 3.687 GW

DMBGlobal.CO.ID – Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor energi baru dan terbarukan (EBT), dengan total sumber daya mencapai 3.687 Giga Watt (GW). Namun, pemanfaatannya hingga kini masih sangat minim, baru sekitar 0,4 persen yang berhasil dimanfaatkan.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengungkapkan, dari total potensi tersebut, kapasitas terpasang EBT di Indonesia baru menyentuh angka 15,2 GW.

“Ini kan cukup besar sekali, tetapi yang baru kita manfaatkan sekitar 15,2 Giga Watt atau 0,4%. Ini kan masih sangat besar ruang kita untuk mengembangkan energi baru terbarukan,” ujar Yuliot dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025, Kamis (9/10/25).

Yuliot menjelaskan, pengembangan pembangkit listrik ke depan akan dilakukan berdasarkan potensi masing-masing daerah. Untuk sumber air, misalnya, pembangkit listrik tenaga air (PLTA) memiliki keunggulan karena biaya produksinya lebih murah dibandingkan jenis EBT lainnya.

Sementara itu, sektor tenaga surya diharapkan dapat berkembang lebih pesat dengan dukungan kemajuan teknologi yang mampu meningkatkan efisiensi produksi listrik.

“Jadi nanti kita tinggal memilih kombinasi teknologi, sehingga harga jual listrik itu menjadi lebih ekonomis dan juga berdaya saing,” katanya.

Meski begitu, ia tak menampik bahwa harga jual listrik dari EBT saat ini masih lebih mahal dibandingkan energi fosil. Namun, ia optimistis tren global dan inovasi teknologi akan membuat biaya produksi energi hijau menjadi semakin efisien di masa depan.

Potensi EBT Indonesia capai 3.687 GW, namun baru 0,4% dimanfaatkan. Pemerintah dorong efisiensi dan pengembangan EBT nasional.
Foto Ilustrasi – Wamen ESDM Yuliot Tanjung ungkap Pemanfaatan EBT Masih Rendah, Ruang Pengembangan Masih Luas. (AI Generated)

“Kita mengharapkan ke depan ini juga dengan pergeseran dan juga pemanfaatan teknologi yang saya sampaikan tadi, harapannya itu menjadi lebih berdaya saing ke depan energi baru terbarukan,” tutur Yuliot.

Sebagai bentuk komitmen transisi energi, pemerintah telah menetapkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034. Dalam rencana tersebut, penambahan kapasitas pembangkit listrik nasional ditargetkan mencapai 69,5 GW hingga 2034.

Dari total tersebut, sebanyak 42,6 GW atau 61 persen akan berasal dari energi terbarukan, 10,3 GW atau 15 persen dari sistem penyimpanan energi (storage), dan 16,6 GW atau 24 persen dari energi fosil.

Energi surya menjadi penyumbang terbesar dalam bauran EBT dengan kapasitas 17,1 GW, disusul tenaga air 11,7 GW, angin 7,2 GW, panas bumi 5,2 GW, bioenergi 0,9 GW, dan nuklir 0,5 GW. Sementara itu, kapasitas penyimpanan energi meliputi PLTA pumped storage sebesar 4,3 GW dan baterai sebesar 6,0 GW.

Untuk pembangkit berbasis fosil, pemerintah masih merencanakan tambahan kapasitas sebesar 16,6 GW, terdiri atas gas 10,3 GW dan batu bara 6,3 GW.* (Sumber: CNBC Indonesia)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *